SELAMAT DATANG DI DUNIA GUBRAK!!!

Gubrak Indonesia

Selasa, 12 Oktober 2010

Jika Musik Mengalahkan Muzik

by Irwansyah Nuzar on Wednesday, August 25, 2010 at 4:14pm

Gambar wajah Pasha Ungu tampak cerah berbingkai kayu warna cokelat. Wajah vokalis band ungu itu terpasang berdampingan dengan foto gambar personel lengkap grup band Dewa di dinding sebuah kamar kos seorang anak muda warga Kuala Lumpur, Malaysia. Pasha dan Dewa telah lama menggantikan Amy Search sebagai penghias dinding kamar anak muda itu. “lagu-lagu dari Indonesia tidak seperti lagu-lagu Malaysia, lembik. Sedikit sekali budak yang suka dengar lagu dari Malaysia. Gue sendiri sejak lama senang sangat dengar lagu Ungu dan Dewa,” ujar Nashrallah bin H. Osman, nama anak muda itu. Dia adalah mahasiswa asli Malaysia yang banyak bergaul dengan mahasiswa Indonesia dengan logat ala Jakarta. Nashrallah bukan satu-satunya orang Malaysia yang menggandrungi musik Indonesia karena hampir semua kaum muda negara kerajaan tersebut mengaggumi sentuhan musik Indonesia.

Menurut mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di berbagai universitas yang ada di Malaysia, jika ada lagu atau film baru dan booming di Indonesia, maka dalam waktu yang sangat singkat itu akan menjalar ke Malaysia. Anisa Aramitha, seorang mahasiswi asal Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Universiti Kebangsaan Malaysia menuturkan suasana kampusnya tidak jauh berbeda dengan di Tanah Air. Beberapa radio Malaysia, seperti Era FM, Hot FM, dan Suria FM, selain memiliki program khusus memutar lagu-lagu Indonesia, mereka juga banyak memutarkan lagu Indonesia untuk menemani aktivitas malam mayarakat Malaysia. Kenyataan seperti inilah yang kemudian dianggap menjadi ancaman bagi eksistensi musik lokal. Pada 2007, suara sumbang terhadap penyanyi Indonesia muncul dari Amy Search, penyanyi Malaysia, yang menyatakan bahwa dominasi lagu-lagu Indonesia yang disiarkan oleh radio swasta di Malaysia sudah keterlaluan.

Angka penjualan album musisi Indonesia memang sangat mengagumkan jika dibandingkan dengan artis lokal Malaysia. Menurut perhitungan R. Muhammad Mulyadi, peneliti industri budaya Universitas Padjadjaran, Bandung, dalam blog pribadinya, pada awal kehadirannya grup band Peterpan sudah mampu menjual 50.000 unit album di Malaysia, sementara lima album Sheila On 7 terjual hampir 300.000 unit. “Sedangkan banyak artis Malaysia menghadapi berbagai masalah dengan berbagai kesulitan dalam penjualan. Untuk menjual sebanyak 10.000 unit album saja artis Malaysia mengalami kesulitan,” paparnya

Malaysia Pasar Potensial
Kegandrungan masyarakat Malaysia terhadap produk kreatif Indonesia tentu saja bisa memberikan keuntungan secara ekonomi bagi kita. Lihat saja pendapatan dari pemutaran film horor produksi Indonesia di Malaysia. Misalnya, film Beranak Dalam Kubur yang sukses menerima pendapatan 250.000 ringgit (Rp725 juta) setelah satu bulan diputar di bioskop Kuala Lumpur dan Lembah Klang.

Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia juga membidik pasar Malaysia. “Alasan menjadikan Malaysia sebagai lokasi pameran karena mempertimbangkan banyaknya buyer dari Malaysia yang datang pada pameran Inacraft, April lalu,” kata Hesti Indah Kresnarini, kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Departemen Perdagangan. Transaksi ritel yang dicapai pada pameran Inacraft 2009 lalu sebesar Rp85 miliar atau naik sekitar 10% dibandingkan tahun sebelumnya.

Indonesia Lebih Kreatif
Lalu, apa yang membuat publik Malaysia lebih menyukai produk kreatif asal Indonesia? Ketua Umum Kreative Independent Clothing Kommunity (KICK), Fiki C. Satari, melihat pada unsur variasi dan kretivitas yang lebih berani pada produk Indonesia. “Kondisi negara kita mendukung untuk tumbuhnya kreativitas, mulai dari hulu hingga hilir. Selain itu, sebagai negara yang lebih mengacu ke Inggris, maka konsep pembinaan ekonomi kreatifnya pasti sama dengan Inggris. Di sana inisiatif pengembangan ekonomi kreatif muncul dari pemerintah. Berbeda dengan kita, kalau tidak kreatif, maka tidak laku, artinya tidak makan. Itu yang menyebabkan kita jadi berpikir out of the box dan membuat lebih kreatif,” papar kiki. Saat ini banyak anggota KICK yang telah melebarkan sayapnya hingga ke Kuala Lumpur, Malaysia. “Secara desai, kita jauh lebih unggul, selain itu bahan baku kita juga murah. Kelebihan mereka lebih pada modal saja. Perusahaan clothing Malaysia sebenarnya banyak mengambil bahan di Bandung,” papar Fiki.

Sementara itu, dari negeri Malaysia sendiri ada suara jujur yang mengakui kelebihan industri kreatif Indonesia. “Ya, jika kita masih terus dengan mentaliti muzik cengeng dan kampungan, pendengar muzik kita akan lari ke muzik dari Indonesia, kerana itulah yang ternyata lebih keren dan progressive. Mari kita belajar dari para seniman yang benar-benar mendalami hasil seninya, dan tidak hanya memikirkan market, market, market!” Seru KC Ismail, pemandu acara “Carta Baik Banget”. Acara ini selalu berkumandang di gelombang radio Rediffusion frekuensi 104.9 Mhz di KL.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar